Indonesia telah menjadi pelopor dalam implementasi mandatori biodiesel sebagai bagian dari strategi energi nasional yang berkelanjutan. Pemerintah Indonesia secara bertahap memperkenalkan campuran biodiesel dari B20 (20% biodiesel dan 80% solar), B30, hingga yang terbaru yaitu B40. Namun, setiap peningkatan kandungan biodiesel membawa tantangan baru terhadap performa mesin, kestabilan bahan bakar, dan emisi. Di sinilah peran penting additive biodiesel menjadi krusial untuk menjaga kualitas dan performa bahan bakar, serta kompatibilitasnya dengan sistem mesin.

Apa Itu Additive Biodiesel?

Diesel additive atau bahan tambahan dalam bahan bakar biodiesel adalah senyawa kimia yang ditambahkan ke dalam biodiesel untuk meningkatkan kualitas, kestabilan, dan performanya. Additive ini bisa mencakup antioksidan, anti-busa, pelumas tambahan, agen pembakar bersih, hingga pengendali korosi. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan karakteristik biodiesel agar setara atau lebih baik dari solar konvensional, terutama dalam kondisi iklim tropis seperti Indonesia.

B20: Tantangan dan Peran Additive

Campuran B20 menjadi tonggak awal transisi energi Indonesia menuju penggunaan energi terbarukan. Namun, pada tahap ini, terdapat beberapa tantangan seperti:

  • Penyumbatan filter akibat oksidasi bahan bakar
  • Korosi ringan pada sistem bahan bakar
  • Stabilitas penyimpanan rendah terutama di daerah dengan suhu tinggi

Untuk mengatasi masalah tersebut, additive yang sering digunakan pada B20 meliputi:

  • Antioksidan: Mencegah degradasi biodiesel selama penyimpanan
  • Corrosion Inhibitor: Mencegah kerusakan pada tangki dan injektor
  • Fuel Stabilizer: Menjaga kualitas bahan bakar saat disimpan lebih dari 3 bulan

Contoh penerapan: Sebuah armada logistik di Surabaya melaporkan peningkatan efisiensi penyalaan mesin dan pengurangan kerak injector setelah menggunakan additive pada B20 secara rutin.

B30: Peningkatan Kebutuhan Additive

B30 menandai peningkatan kandungan biodiesel hingga 30%, yang memberikan manfaat pengurangan emisi karbon namun membawa tantangan baru seperti:

  • Viscositas bahan bakar meningkat
  • Risiko deposit karbon lebih tinggi
  • Stabilitas oksidasi makin rentan

Oleh karena itu, formula additive untuk B30 harus lebih kompleks, umumnya mengandung:

  • Detergen: Membersihkan deposit karbon di ruang bakar dan injector
  • Lubricity Enhancer: Memberi pelumasan tambahan untuk komponen logam
  • Cold Flow Improver: Mencegah penggumpalan pada suhu dingin

Fakta menarik: Berdasarkan data Balitbang ESDM, penggunaan additive khusus B30 dapat menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 3–5% pada kendaraan berat seperti truk pengangkut CPO di Sumatera.

B40: Level Tertinggi dan Tantangan Kompleks

Implementasi B40 merupakan bentuk komitmen kuat Indonesia terhadap energi hijau. Namun, semakin tinggi kadar FAME (Fatty Acid Methyl Ester), semakin tinggi pula tantangan teknisnya:

  • Stabilitas oksidasi sangat rendah tanpa additive
  • Risiko filter blocking meningkat drastis
  • Kandungan air dalam FAME lebih tinggi, menimbulkan potensi microbial growth

Untuk itu, additive pada B40 umumnya merupakan kombinasi multi-fungsi yang meliputi:

  • Biocide: Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam tangki bahan bakar
  • Injector Cleaner: Menjaga performa sistem pembakaran
  • Stabilizer Premium: Mengontrol oksidasi dan kontaminan

Contoh kasus: Beberapa operator bus AKAP di Pulau Jawa yang mencoba B40 melaporkan perlunya penggunaan additive secara konsisten agar mesin tetap bertenaga dan tidak mengeluarkan asap hitam.

Perbandingan Spesifik Antara B20, B30, dan B40

Fitur B20 B30 B40
Kadar Biodiesel 20% 30% 40%
Kebutuhan Additive Dasar (antioksidan, corrosion inhibitor) Menengah (detergen, cold flow improver) Tinggi (biocide, stabilizer premium, anti-karat lanjutan)
Stabilitas Oksidasi Sedang Rendah Sangat Rendah
Efek ke Mesin Cukup aman dengan additive ringan Perlu additive lanjutan untuk efisiensi Wajib additive lengkap untuk perlindungan penuh

Apakah Additive Wajib Digunakan?

Sebenarnya penggunaan additive belum menjadi mandatori secara hukum di Indonesia, namun sangat disarankan terutama untuk kendaraan berat, mesin industri, dan kendaraan dengan sistem common rail. Penggunaan additive memberikan nilai ekonomis jangka panjang dengan:

  • Menjaga efisiensi bahan bakar
  • Memperpanjang umur mesin dan injector
  • Mengurangi downtime karena perawatan atau kerusakan

Cara Memilih Additive yang Tepat

Berikut beberapa tips memilih additive untuk B20, B30, maupun B40:

  1. Pastikan produk memiliki uji laboratorium independen
  2. Pilih additive yang sesuai dengan level biodiesel Anda
  3. Hindari additive oplosan tanpa label dan petunjuk teknis
  4. Baca testimoni pengguna, terutama dari sektor transportasi atau logistik

Kesimpulan

Dengan transisi dari B20 ke B40, Indonesia berada di jalur yang tepat menuju kemandirian energi berbasis sumber daya alam. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada pemahaman dan penggunaan additive yang tepat. Bagi para pemilik kendaraan diesel, operator armada, hingga pelaku industri, additive bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Dengan menggunakan additive yang sesuai, Anda bukan hanya menjaga mesin tetap optimal, tapi juga mendukung gerakan nasional menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Sumber: Grinzest

Categories: News

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *